Merasa sudah bosan dengan film-film horor Indonesia? Jangan dulu. Percaya atau tidak, film Keramat menyajikan sesuatu yang berbeda. Film hasil kerjasama antara Wong Cilik’s Indie Picture Motion dan PT. Kharisma Starvision Plus ini mengambil tema yang agak berbeda dari kebanyakan film yang beredar di tanah air.
Mungkin anda akan berpikir, "bedanya dimana? palingan sama saja, pocong, kesurupan, dan seterusnya". Betul, semua itu memang masih ada di film ini. Namun konsep baru yang digunakan dalam film ini adalah dengan menerapkan konsep subjektif camera yang pernah dilakukan untuk 3 film internasional yaitu film spanyol Rec di tahun 1997 karya Jaume Balaguero, Cloverfield (1998), film ini merupakan arahan Matt Reeves dan yang terakhir Blair Witch Project di tahun 1999 arahan Daniel Myrick.
Subjektif camera adalah dimana pengambilan gambar menggunakan sudut pandang si aktor/ pelaku. Di film ini, sudut pandang film meminjam mata 'Cungkring' seorang kameramen yang bertugas membuat behind the scene film. Jadi terkadang gambar berantakan atau berpindah obyek terlalu cepat, mengikuti arah pandang sang kameramen. Tapi ini tak mengganggu jalan cerita, malahan membuat kita seperti terlibat didalamnya.
Cerita film ini bermula dari sebuah tim produksi film, yang akan melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bantul Yogyakarta dalam rangka persiapan syuting sebuah film. Kejadian-kejadian aneh bermunculan, baik selama dalam perjalanan maupun pada saat mereka sampai di lokasi. sampai akhirnya calon pemeran utama wanita dirasuki oleh roh halus dan menghilang.
Selain horor, film ini memiliki pesan khusus tentang lingkungan dan berkaitan juga dengan gempa Yogya tahun 2006 yang konon kabarnya akibat ulah manusia.Dengan mengambil daerah syuting di daaerah Yogyakarta, Bantul, Imogiri, Merapi, Candi Borobudur, Candi Boko. Syuting film yang berlangsung selama 16 hari. Seluruh pengalaman tim produksi film Keramat dengan berbagai kejadian yang menegangkan terekam, dan jadi bagian film ini. Keramat sendiri mulai tayang di bioskop-bioskop mulai tanggal 3 september.
Selain konsep kamera yang baru, film yang disutradarai oleh Monty Tiwa dan didukung oleh Poppy Sovia dan Miea Kusuma ini juga melibatkan nama-nama baru di dunia perfilaman tanah air. Misalnya Migi Parahita, Sadha Triyuda, Diaz Ardiawan, Dimas Projosujadi, dan Brama Sutasara dimana mereka masing-masing memerankan dirinya sendiri. Akting menonjol ditampilkan oleh Migi yang berperan sebagai calon pemeran utama. Selain berakting kesurupan, Migi juga mempersembahkan kemampuannya 'nembang' lagu Jawa